Apr 2, 2014

TAWAKAL



Kepentingan tawakkal dapat kita pelajari dari hadits berikut. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:
Aku pernah berada di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pada suatu hari, lalu rasulullah bersabda: Wahai anak muda! Sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat:
        Jagalah Allah niscaya Dia menjagamu,
        Jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu,
        Apabila kau meminta, mintalah pada Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah,
        Ketahuilah bahawasanya jika manusia berhimpun untuk memberi sesuatu manfaat kepadamu, tidaklah mereka dapat memberi apa jua manfaat kepadamu melainkan apa yang telah Allah taqdirkan bagimu,
        Dan jika (manusia) berhimpun untuk memberikan sesuatu mudarat ke atasmu, tidaklah mereka dapat memberi mudarat apapun ke atasmu melainkan apa yang telah Allah taqdirkan ke atasmu.
        Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. (1)
Berdasar hadits ini dapat kita pelajari bahawa:
  1. Jika kita menjaga Allah Subhanahu waTa’ala dengan mentaati perintah-larangan-Nya, mencari keridhaan-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya serta senantiasa ingat kepada-Nya, maka Allah akan menjaga semua urusan kita. Sebaliknya jika kita mengabaikan Allah, Allah akan mengabaikan kita sehingga tinggallah kita terseok-seok dalam pelbagai urusan keagamaan dan kehidupan ini.
  1. Jika kita menjaga Allah sebagaimana poin pertama di atas, Allah akan berada di hadapan kita untuk memimpin, membimbing dan mengajar kita segala urusan kita, agama dan dunia.
  1. Apabila kita meminta, minta kepada Allah. Namun ini tidak menghalang kita dari meminta pertolongan sesama manusia. Jadikan permintaan kita dengan tertib yang pertama kepada Allah, yang kedua kepada manusia. Dengan tertib ini, Allah akan jadikan manusia yang kita mintakan pertolongan itu, membantu kita.
  1. Kita hanya mengusahakan sebab-sebab untuk mendapatkan manfaat, musababnya terserah kepada kehendak Allah. Sehingga jika semua manusia berhimpun untuk sama-sama mengusahakan sebab-sebab bagi memberikan manfaat kepada kita, tercapai atau tidak musababnya tetap bergantung kepada kehendak Allah. Justeru dalam rangka mengusahakan sebab-sebab, hendaklah hati bertawakkal kepada Allah kerana musabab tidak akan tercapai melainkan dengan kehendak Allah.
  1. Kita hanya mengusahakan sebab-sebab untuk menjauhkan mudarat, musababnya terserah kepada kehendak Allah. Sehingga jika semua manusia berhimpun untuk sama-sama mengenakan mudarat ke atas kita, tercapai atau tidak musababnya tetap bergantung kepada kehendak Allah. Justeru dalam rangka menjauhi sebab-sebab mudarat, hendaklah hati bertawakkal kepada Allah karena musabab tidak akan tercapai melainkan dengan kehendak Allah.
  1. Kehendak Allah termasuk dalam ilmu, penulisan dan penciptaan Allah. Semua ini merupakan empat asas taqdir. Apa yang Allah kehendaki sudah Allah ketahui dan tulis di Luh Mahfuz. Pena-pena telah diangkat sehingga tidak lagi ditulis taqdir yang baru di atas lembaran-lembaran Luh Mahfuz sudah kering sehingga taqdir yang telah ditulis tidak dapat dihapus atau diubah.
Hadits ini memberikan gambaran yang amat baik tentang orang yang bertawakkal kepada Allah Subhanahu waTa’ala. Orang yang bertawakkal ialah orang yang bergantung kepada Allah setelah mengusahakan sebab-sebabnya. Dia bergantung kepada Allah untuk menjaganya, memimpinnya dan membantunya.
Dia senantiasa bergerak maju mencari manfaat dengan bersangka baik bahwa Allah akan berikan musabab terbaik baginya. Jika tidak sekalipun, ia berarti Allah berkehendak agar dia berusaha dengan lebih cemerlang. Dia tidak gentar terhadap mudarat apapun karena yakin Allah akan memeliharanya. Jika ditimpa mudarat sekalipun, berarti Allah berkehendak untuk mengujinya.
Orang yang bertawakkal ialah orang yang hidupnya sentiasa berhubung, bergantung dan berpaut kepada Allah Subhanahu waTa’ala.
****
 (1)Sahih: Dikeluarkan oleh al-Tirmizi dalam Sunannya dan beliau berkata: “Hadits ini hasan sahih.” Ia dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadits no: 2516 (Kitab Shifat al-Qiyamah wa al-Raqaiq wa al-Wara’ ‘an Nabi).

No comments:

Post a Comment