Di
antara tonggak penegang ajaran Islam di muka bumi adalah muncul beberapa mazhab
raksasa di tengah ratusan mazhab kecil lainnya. Keempat mazhab itu adalah
Al-Hanabilah, Al-Malikiyah, Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah. Sebenarnya jumlah
mazhab besar tidak hanya terbatas hanya 4 saja, namun keempat mazhab itu memang
diakui eksistensi dan jati dirinya oleh umat selama 15 abad ini.
Keempatnya
masih utuh tegak berdiri dan dijalankan serta dikembangkan oleh mayoritas muslimin
di muka bumi. Masing-masing punya basis kekuatan syariah serta masih mampu melahirkan
para ulama besar di masa sekarang ini.
Berikut
sekelumit sejarah keempat mazhab ini dengan sedikit gambaran landasan manhaj mereka.
1.
MazhabAl-Hanifiyah.
Didirikan
oleh An-Nu’man bin Tsabit (80-150 H) atau lebih dikenal sebagai Imam Abu Hanifah.
Beliau berasal dari Kufah dari keturunan bangsa Persia. Beliau hidup dalam dua masa,
Daulah Umaiyah dan Abbasiyah. Beliau termasuk pengikut tabiin (tabi’utabiin), sebagian
ahli sejarah menyebutkan, ia bahkan termasuk Tabi’in. Mazhab Al-Hanafiyah
sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal sebagai terdepan dalam
masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih. Oleh para
pengamat dianalisa bahwa di antara latar belakangnya adalah:
Karena
beliau sangat berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu
yakin atas keshahihah suatu hadits, maka beliau lebih memlih untuk tidak menggunakannnya.
Dan sebagai gantinya, beliau menemukan begitu banyak formula seperti
mengqiyaskan suatu masalah dengan masalah lain yang punya dalil nash syar'i. Kurang
tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau tinggal.
Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang beredar di masa
beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun pertama semenjak
wafat
nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan imam Muslim yang terkenal sebagai
ahli peneliti hadits. Di kemudian hari, metodologi yang beliau perkenalkan
memang sangat berguna buat umat Islam sedunia. Apalagi mengingat Islam
mengalami perluasan yang sangat jauh ke seluruh penjuru dunia. Memasuki wilayah
yang jauh dari pusat sumber syariah Islam. Metodologi mazhab ini menjadi sangat
menentukan dalam dunia fiqih di berbagai negeri.
2.
Mazhab Al-Malikiyah
Mazhab
ini didirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Abi Amir Al-Ashbahi (93 – 179H).Berkembang
sejak awal di kota Madinah dalam urusan fiqh. Mazhab ini ditegakkan di atas
doktrin untuk merujuk dalam segala sesuatunya kepada hadits Rasulullah SAW dan
praktek penduduk Madinah. Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20 dasar;
Al-Quran, As-Sunnah (dengan lima rincian dari masing-masing Al-Quran dan As
Sunnah; tekstualitas, pemahaman zhahir, lafaz umum, mafhum mukhalafah, mafhum
muwafakah, tanbih alal illah ), Ijma’, Qiyas, amal ahlul madinah (perbuatan
penduduk Madinah), perkataan sahabat, istihsan , saddudzarai’ , muraatul
khilaf, istishab , maslahah mursalah, syar'u man qablana (syariat nabi
terdahulu). Mazhab ini adalah kebalikan dari mazhan Al-Hanafiyah. Kalau
Al-Hanafiyah banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang
tersedianya nash-nash yang valid di Kufah, mazhab Maliki justru 'kebanjiran'
sumber-sumber syariah. Sebab mazhab ini tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW
sendiri, di mana penduduknya adalah anak keturunan para shahabat. Imam Malik
sangat meyakini bahwa praktek ibadah yang dikerjakan penduduk Madinah
sepeninggal Rasulullah SAW bisa dijadikan dasar hukum, meski tanpa harus merujuk
kepada hadits yang shahih para umumnya.
3.
Mazhab As-Syafi'iyah
Didirikan
oleh Muhammad bin Idris Asy Syafi’i (150 – 204 H). Beliau dilahirkan di Gaza Palestina
(Syam) tahun 150 H, tahun wafatnya Abu Hanifah dan wafat di Mesir tahun 203 H. Di
Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya ( madzhab qodim ). Kemudian beliau
pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru ( madzhab jadid ). Di
sana beliau wafat sebagai syuhadaul 'ilm di akhir bulan Rajab 204 H. Salah satu
karangannya adalah “Ar-Risalah” buku pertama tentang ushul fiqh dan kitab “Al-Umm”
yang berisi madzhab fiqhnya yang baru. Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak,
imam fiqh, hadis, dan ushul. Beliau mampu memadukan fiqh ahli ra'yi (Al-Hanafiyah)
dan fiqh ahli hadits (Al-Malikiyah). Dasar madzhabnya: Al-Quran, Sunnah, Ijma’
dan Qiyas. Beliau tidak mengambil perkataan sahabat karena dianggap sebagai
ijtihad yang bisa salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan (menganggap baik
suatu masalah) sebagai dasar madzhabnya, menolak maslahah mursalah dan
perbuatan penduduk Madinah. Imam Syafi’i mengatakan, ”Barangsiapa yang melakukan
istihsan maka ia telah menciptakan syariat.” Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam
Syafi’i adalah nashirussunnah (pembela sunnah)” Kitab “Al-Hujjah” yang
merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu
Tsaur, Za’farani, Al-Karabisyi dari Imam Syafi’i. Sementara kitab “Al-Umm”
sebagai madzhab yang baru yang diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al- Muzani,
Al-Buwaithi, Ar-Rabi’ Jizii bin Sulaiman. Imam Syafi’i mengatakan tentang madzhabnya,”Jika
sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku, maka ia (hadis) adalah
madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang tembok,”
4.
Mazhab Al-Hanabilah
Didirikan
oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani (164 – 241 H). Dilahirkan di Baghdad dan
tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul Awal. Beliau memiliki pengalaman
perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu, seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah,
Yaman, Syam.
Beliau
berguru kepada Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga menjadi mujtahid mutlak
mustaqil . Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan. Ia menguasai sebuah hadis
dan menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada Hasyim
bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari (104 – 183 H). Imam Ahmad adalah seorang
pakar hadis dan fiqh. Imam Syafi’i berkata ketika melakukan perjalanan ke
Mesir,”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang
paling bertakwa dan paling faqih melebihi Ibnu Hanbal (Imam Ahmad),”
Dasar
madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah sahahabat, Ijam’, Qiyas,
Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’.
Imam
Ahmad tidak mengarang satu kitab pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya
madzhabnya dari perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain.
Namun beliau mengarang sebuah kitab hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis.
Beliau memiliki kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis mursaldan
hadis dlaif yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil atau
munkar.
Di
antara murid Imam Ahmad adalah Salh bin Ahmad bin Hanbal (w 266 H) anak
terbesar Imam Ahmad, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal (213 – 290 H). Shalih bin
Ahmad lebih menguasai fiqh dan Abdullah bin Ahmad lebih menguasai hadis. Murid
yang adalah Al-Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad bin Muhammad
(w 273 H), Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mihran (w 274 H), Abu Bakr
Al-Khallal (w 311 H), Abul Qasim (w 334 H) yang terakhir ini memiliki banyak
karangan tentang fiqh madzhab Ahmad. Salah satu kitab fiqh madzhab Hanbali
adalah “Al-Mughni” karangan Ibnu Qudamah.
Begitulah
latar belakang para Imam mahzab, mudah-mudahan dengan ini kita bisa sedikit
memahami mengapa kadang kala mereka berbeda pendapat tentang suatu hal. Dengan demikian
kita tidak sekedar ikut-ikutan, membanggakan satu mahzab dan menjelek-jelekan
pendapat yang lain. Wallahu a'lam bish-shawab
No comments:
Post a Comment