Para ilmuan Islam berbeda pendapat tentang persoalan
ini. Perbedaan mereka dapat dirumuskan kepada dua pendapat:
Pendapat Pertama:
Tidak dibolehkan untuk berdoa panjang umur berdasarkan
hadits berikut di mana Umm Habibah radhiallahu ‘anha, isteri Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam pernah berdoa:
اللَّهُمَّ
أَمْتِعْنِي بِزَوْجِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَبِأَبِي أَبِي سُفْيَانَ وَبِأَخِي مُعَاوِيَةَ.
قَالَ: فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَدْ سَأَلْتِ اللَّهَ لآجَالٍ
مَضْرُوبَةٍ
وَأَيَّامٍ
مَعْدُودَةٍ وَأَرْزَاقٍ مَقْسُومَةٍ لَنْ يُعَجِّلَ شَيْئًا قَبْلَ حِلِّهِ أَوْ
يُؤَخِّرَ شَيْئًا
عَنْ حِلِّهِ
وَلَوْ كُنْتِ سَأَلْتِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكِ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ أَوْ
عَذَابٍ
فِي الْقَبْرِ
كَانَ خَيْرًا وَأَفْضَلَ.
“Ya Allah, berikanlah aku
kenikmatan (panjangkanlah usiaku) bersama suamiku, Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, ayahku Abu Sufyan dan saudaraku Mu'awiyah.”
(Perawi) Berkata: Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya kamu memohon kepada Allah ajal yang telah
ditentukan, hari-hari yang telah terhitung dan rezeki yang telah dibagikan di
mana Allah tidak akan mengawalkan ataupun memundurkan sebelum waktunya. Seandainya
kamu memohon kepada Allah agar Dia menyelamatkanmu dari siksa neraka atau siksa
kubur, maka hal itu lebih baik dan lebih utama.” (1)
Pendapat Kedua:
Dibolehkan berdoa panjang umur berdasarkan hadits-hadits
berikut:
Keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ.
Tidak ada yang dapat mencegah
qadha melainkan doa. (2)
Doa Nabi Adam ‘alahissalam agar Allah Subhanahu waTa’ala
menambah umur Nabi Daud ‘alahissalam. Ini merujuk kepada sebuah hadits apabila
Nabi Adam ditunjukkan anak-anak keturunannya:
قَالَ: يَا رَبِّ
مَنْ هَذَا؟
قَالَ: هَذَا
ابْنُكَ دَاوُدُ قَدْ كَتَبْتُ لَهُ عُمْرَ أَرْبَعِينَ سَنَةً.
قَالَ: يَا رَبِّ
زِدْهُ فِي عُمْرِهِ.
قَالَ: ذَاكَ
الَّذِي كَتَبْتُ لَهُ.
قَالَ: أَيْ رَبِّ
فَإِنِّي قَدْ جَعَلْتُ لَهُ مِنْ عُمْرِي سِتِّينَ سَنَةً.
قَالَ: أَنْتَ
وَذَاكَ.
Adam berkata: “Wahai Tuhanku, siapakah orang ini?”
Allah berfirman: “Ini ialah anak (keturunan)mu Daud, Aku telah menuliskan
umurnya empat puluh tahun.” Adam berkata: “Wahai Tuhanku, tambahlah umurnya.”
Allah berfirman: “Itu yang telah aku tulis untuknya.” Adam berkata: “Wahai
Tuhanku, aku telah memberikan sebagian umurku untuknya (yaitu) enam puluh
tahun.” Allah berfirman: “Itu adalah hakmu (maka terpulanglah untuk kamu
memberikannya).” (3)
Hadits ini seterusnya menerangkan Allah memperkenankan
doa dan pemberian umur Nabi Adam kepada Nabi Daud.
Doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Anas bin
Malik radhiallahu ‘anh:
اللَّهُمَّ
أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَطِلْ حَيَاتَهُ وَاغْفِرْ لَهُ.
Ya Allah, perbanyakkanlah hartanya dan anaknya,
panjangkanlah umurnya dan berilah keampunan kepadanya. (4)
Berdasarkan kehendak Allah, Anas bin Malik meninggal
dunia pada umur 99 tahun. Dalam riwayat lain disebut pada umur 107 tahun.
Doa Sa’ad bin Abi Waqash ke atas orang yang memfitnahnya:
اللَّهُمَّ إِنْ
كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً فَأَطِلْ عُمْرَهُ
وَأَطِلْ فَقْرَهُ وَعَرِّضْهُ بِالْفِتَنِ.
Ya Allah jika dia, hambamu ini, berdusta dan
mengatakan ini dengan maksud riya’ dan sum’ah, maka panjangkanlah umurnya,
panjangkanlah kefakirannya dan campakkanlah dia dengan pelbagai fitnah. (5)
Berdasarkan kehendak Allah, pemfitnah tersebut memang
hidup sehingga tua renta.
Demikian empat hadits yang dijadikan dalil oleh pihak
yang berkata boleh berdoa agar Allah Subhanahu waTa’ala memanjangkan umur kita
atau orang lain. Di antara dua pendapat ini, saya cenderung kepada pendapat
yang kedua. Adapun cegahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits
Umm Habibah, mungkin ada sesuatu yang merujuk kepada peribadi Umm Habibah
sehingga beliau dicegah untuk mendoakan panjang umur. Adapun taqdir umur dan
rezeki yang tidak dapat diubah, ia merujuk kepada Taqdir Mubram dan bukannya
Taqdir Mu’allaq.
****
(1)Sahih:
Dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya, hadits no: 4814 (Kitab
al-Qadar, Bab penjelasan bahwa ajal, rezeki dan selainnya tidak bertambah dan
berkurang.)
(2)Hasan: Dikeluarkan oleh
al-Tirmizi dalam Sunannya dan beliau berkata: “Hadits ini hasan gharib.”
Ia dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadits
no: 2139 (Kitab al-Qadar, Bab takdir tidak bisa ditolak kecuali dengan doa).
(3)Sahih: Dikeluarkan oleh
al-Tirmizi dalam Sunannya dan beliau berkata: “Hadits ini hasan gharib.”
Ia dinilai hasan sahih oleh al-Albani dalam Shahih Sunan al-Tirmizi, hadits
no: 3368 (Kitab Tafsir al-Qur’an, Bab selepas bab surah al-Mu’awwizataini).
(4)Sahih: Dikeluarkan oleh
al-Bukhari dan dinilai sahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Adab al-Mufrad,
hadits no: 653 (Bab orang yang berdoa agar panjang umur).
(5)Sahih: Dikeluarkan oleh
al-Bukhari dalam Shahihnya, hadits no: 713 (Kitab al-Azan, Bab wajib
membaca (surah al-Fatihah) bagi imam dan makmum dalam setiap shalat…)
No comments:
Post a Comment