ALQAMAH ANAK DURHAKA
Kisah ini sering kita dengar
disampaikan oleh guru-guru agama di surau dan di sekolah, untuk mendidik
anak-anak agar mereka tidak durhaka kepada kedua orang tua. Demikian bunyi
haditsnya:
وعن عبد الله بن أبي أوفى ، رضي الله
عنه ، قال : كنا عند النبي صَلى الله عَلَيه وسَلَّم فأتاه آت ، فقال : شاب يجود
بنفسه ، قيل له : قل : لا إله إلا اللّه. فلم يستطع. فقال : كان يصلي ؟ قال : نعم.
فنهض رسول الله صَلى الله عَلَيه وسَلَّم ونهضنا معه فدخل على الشاب ، فقال له :
قل : لا إله إلا اللّه , فقال : لا أستطيع ، قال : لم ؟ قال : كان يعق والدته.
فقال النبي صَلى الله عَلَيه وسَلَّم : أحية والدته ؟ قالوا : نعم ، قال : ادعوها
, فجاءت ، فقال : هذا ابنك ؟ فقال : نعم , فقال لها : أرأيت لو أججت نار ضخمة ،
فقيل لك : إن شفعت له خلينا عنه وإلا حرقناه بهذه النار أكنت تشفعين له ؟ قال : يا
رسول الله صَلى الله عَلَيه وسَلَّم ، إذًا أشفع ، قال : فأشهدي الله وأشهديني أنك
قد رضيت عنه ، قال : اللهم إني أشهدك وأشهد رسولك أني قد رضيت عن ابني , فقال له
رسول الله صَلى الله عَلَيه وسَلَّم : يا غلام ، قل : لا إله إلا الله وحده لا
شريك له ، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله , فقالها ، فقال رسول الله صَلى الله
عَلَيه وسَلَّم : الحمد للّه الذيما أنقذه بي من النار.
Dari Abdullah bin Abi
Aufa, ia berkata: Kami pernah berada bersama Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam lalu datanglah seseorang, ia berkata, “Ada
seorang pemuda yang nafasnya hampir putus, lalu dikatakan kepadanya,
ucapkanlah Laa ilaaha illallah,akan tetapi ia tidak sanggup
mengucapkannya.” Beliau bertanya kepada orang itu,” Apakah anak muda itu masih
menjalankan shalat?” Jawab orang itu,”Ya.” Lalu Rasulullah Shallalahu
‘Alaihi wa Sallam bangkit berdiri dan kami pun
berdiri besama beliau, kemudian beliau masuk menemui anak muda itu,
beliau bersabda kepadanya,”Ucapkan Laa ilaaha illallah.”
Anak muda itu menjawab, “Saya tidak sanggup.” Beliau bertanya,
“Kenapa?” Dijawab oleh orang lain, “Dia telah durhaka kepada ibunya.” Lalu
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya, “Apakah
ibunya masih hidup?” Mereka menjawab, “Ya”. Beliau bersabda,
“Panggillah ibunya kemari,” Lalu datanglah ibunya, maka belaiu bersabda, “Ini
anakmu?” Jawabnya, “Ya.” Beliau bersabda lagi kepadanya,
“Bagaimana pandanganmu kalau sekiranya dibuat api unggun yang besar
lalu dikatakan kepadamu: Jika engkau memberikan syafa’atmu (yaitu
memaafkannya, pen) kepadanya niscaya akan kami
lepaskan dia, dan jika tidak pasti kami akan membakarnya dengan api,
apakah engkau mau memberikan syafa’at kepadanya?” Perempuan itu
menjawab, “Kalau begitu, aku akan memberikan syafa’at kepadanya.” Beliau
bersabda,” Maka Jadikanlah Allah sebagai saksinya dan jadikanlah
aku sebagai saksinya sesungguhnya engkau telah meridhai anakmu.” Perempuan
itu berkata, “Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai
saksi dan aku menjadikan RasulMu sebagai saksi sesungguhnya aku telah meridhai
anakku”. Kemudia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
kepada anak muda itu, “Wahai anak muda ucapkanlah Laa ilaaha illallah
wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna muhammada ‘abduhu wa rasuluhu.”
Lalu anak muda itupun dapat mengucapkannya. Maka bersabda Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, “Segala puji bagi Allah yang
telah menyelamatkan dirinya dari api neraka, lantaran
diriku.”
Imam
Al Bushiri Rahimahullah mengatakan:
رواه أحمد بن منيع ، والطبراني واللفظ
له ، وعبد الله بن أحمد بن حنبل ، وقال : لم يحدث أبي بهذا الحديث ، ضرب عليه من
كتابه لأنه لم يرض حديث فائد بن عبد الرحمن ، وكان عنده متروك الحديث.
قلتُ : وضعفه ابن معين وأبو حاتم ،
وأبو زرعة والبخاري ، وأبو داود والنسائي ، والترمذي وغيرهم ، وقال الحاكم : روى
عن ابن أبي أوفى أحاديث موضوعة.
Diriwayatkan oleh Ahmad bin Mani’, Ath
Thabarani –dan ini adalah lafaz miliknya-, dan Abdullah bin Ahmad bin Hambal,
dia berkata: “Ayahku (Imam Ahmad) belum pernah membicarakan hadits ini, Beliau
menghilangkannya dari kitabnya, karena beliau tidak ridha dengan hadits Faaid
bin Abdurrahman. Menurutnya (Imam Ahmad),
Faaid adalah matrukul hadits – haditsnya ditinggalkan.
Aku (Al Bushiri) berkata: “Dia
didhaifkan oleh Ibnu Ma’in, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Al Bukhari, Abu Daud, An
Nasa’i, At Tirmidzi, dan selain mereka. Al Hakim berkata: diriwayatkan dari
Ibnu Abi ‘Aufa hadits-hadits palsu.” (Imam Al Bushiri, Az
Zawaid, No. 5039)
Imam
Al Haitsami juga mengatakan demikian:
رواه الطبراني وأحمد بأختصار كثير
وفيه فائد أبو الورقاء وهو متروك
Diriwayatkan oleh Ath Thabarani
dan Ahmad dengan banyak diringkas, dan di dalam sanadnya terdapat Faaid bin
Abdurrahman Abu Al Waraqa’, dan dia adalah matruk. (Majma’
Az Zawaid, 8/148)
Syaikh Al Albani mengatakan tentang
hadits ini: dhaif jiddan. (Dhaif Targhib wat Tarhib,
No. 1487)
Imam Ibnul Jauzi menjelaskan bahwa
hadits ini tidak sah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam
sanadnya terdapat Faaid. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan: matrukul
hadits. Yahya mengatakan: “Bukan apa-apa.” Ibnu Hibban mengatakan: “tidak
boleh berhujjah dengannya.” Al ‘Uqaili mengatakan: “Tidak ada yang
menjadi mutaba’ah (penguat) hadits ini, kecuali dari orang
yang seperti dia juga.”
Dalam sanadnya juga terdapat Daud
bin Ibrahim. Imam Abu Hatim mengatakan: Dia berdusta. (Lihat Al
Maudhu’at, 3/87).
Maka jelaslah bahwa hadits ini tidak
sah disandarkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Catatan:
Alqamah adalah sahabat Nabi,
dan belum pernah ada riwayat shahih yang menunjukkan bahwa sahabat nabi durhaka
kepada orang tuanya, apalagi terhadap ibu mereka. Hadits ini pun juga menjadi
pembunuhan karakter terhadap kepribadian sahabat nabi.
No comments:
Post a Comment