[Bag. 1]
Bahasa
Al-Quran ini memiliki beberapa keunikan yang sangat menarik ketika
mempelajarinya. Karena bahasa Arab sangat penting dalam kehidupan seorang
muslim. Cukup
dengan mengerti dasar-dasar bahasa Arab, kaum muslimin bisa mengerti lebih
dalam petunjuk hidup mereka dan tidak perlu bergantung dengan terjemahan. Dan
terjemahan tidak bisa menggantikan makna keseluruhan Al-Quran, oleh karena itu
dalam mushaf Indonesia ditulis “terjemah maknawi Al-Quran”.
Sebagai
contoh terjemah makna yang kami maksud kurang mengena tersebut,
Allah
Ta’ala berfirman pada
surat Yusuf ayat 2,
إِنَّا
أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Terjemah
maknawi dalam Mushaf Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara penterjemaah/Pentafsir
Al-Quran yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan selaku ketua Prof.R.H.A
Soenarjo S.H, sebagai berikut:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.” [yusuf:2]
Maka
makna ini kurang mengena, karena kita lihat dari i’rab-nya [pembahasan kedudukan kata dalam bahasa
Arab]. Berikut pembahasan sedikit mengenai i’rab-nya,
bagi yang sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab silahkan mencermati, bagi yang
belum mungkin agak membingungkan dan silahkan dilewati [baca: harus semangat
belajar bahasa Arab],
Imam
Al-Qurthubi rahimahullah
menjelaskan i’rab kata
[قُرْآناً] dalam tafsirnya,
يجوز
أن يكون المعنى: إنا أنزلنا القرآن عربيا، نصب” قرآنا” على الحال، أي مجموعا. و”
عربيا” نعت لقوله” قرآنا”. ويجوز أن يكون توطئة للحال، كما تقول: مررت بزيد رجلا
صالحا، و” عربيا” على الحال أي يقرأ بلغتكم يا معشر العرب
“Bisa bermakna [makna pertama]: “Sesungguhnya kami
menurunkan Al-Quran yang berbahasa Arab”, kata “qur’aanan” dinashob dengan
kedudukan sebagai “haal” yaitu bermaka terkumpul. Dan kata “’arobiyyan”
berkedudukan sebagai “na’at” dari kata “qur’aanan”. Dan bisa juga [makna kedua] sebagai “tauthi’ah”/pengantar bagi “haal” sebagai
mana kita katakan: “saya melewati Zaid, seorang laki-laki yang shalih”. Dan
kata “’arabiyyan” berkedudukan sebagai “haal” sehingga makna kalimat yaitu:
dibaca dengan bahasa kalian wahai masyarakat Arab.” [Al-Jami’ Liahkamil
Qur’an 9/199, Darul Kutub Al-Mishriyah, Koiro, cet.ke-2, 1384 H,
Asy-Syamilah]
Jadi
makna yang agak mendekati wallahu
a’lam adalah,
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an yang berbahasa Arab, agar kalian
memahaminya.” [yusuf:2]
Atau
“Sesungguhnya Kami menurunkannya [Al Qur'an] sebagai bacaan yang berbahasa Arab, agar kalian
memahaminya.” [yusuf:2]
Bukan
berarti Prof.R.H.A Soenarjo S.H, dan timnya tidak mampu menterjemahkan dengan
baik, akan tetapi memang agak sulit menterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Dimana bahasa Indonesia jika dibandingkan bahasa Arab, maka bahasa Indonesia
kurang usluub/gaya dan
kurang ungkapan bahasanya. Kita juga patut berterima kasih sebesar-besarnya
kepada Prof.R.H.A Soenarjo S.H, dan timnya dalam upayanya menterjemahkan
Al-Quran sehingga bermanfaat bagi kaum muslimin di Indonesia. Jazahumullahu
khair.
Supaya
lebih bersemangat lagi, mari kita lihat tafsir Ibnu Katsir rahimahullah mengenai ayat
diatas. Beliau berkata,
وذلك
لأن لغة العرب أفصح اللغات وأبينها وأوسعها، وأكثرها
تأدية للمعاني التي تقوم بالنفوس؛ فلهذا أنزل أشرف الكتب بأشرف
اللغات، على أشرف الرسل، بسفارة (8) أشرف الملائكة، وكان
ذلك في أشرف بقاع الأرض،
وابتدئ
إنزاله في أشرفشهور السنة وهو رمضان، فكمل من كل الوجوه
“Yang demikian itu
(bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab) karena bahasa Arab adalah bahasa
yang paling fasih, jelas, luas, dan maknanya lebih mengena lagi cocok untuk
jiwa manusia. Oleh karena itu kitab yang paling mulia diturunkan (Al-Qur’an)
kepada rasul yang paling mulia (Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam), dengan
bahasa yang termulia (bahasa Arab), melalui perantara malaikat yang paling
mulia (Jibril), ditambah diturunkan pada dataran yang paling muia diatas muka
bumi (tanah Arab), serta awal turunnya pun pada bulan yang paling mulia
(Ramadhan), sehingga Al-Qur’an menjadi sempurna dari segala sisi.” [Tafsirul Qur’an Al-Adzim
4/366, Darul Thayyibah, cet.ke-2, 1420 H, Asy-Syamilah]
Keunikan-keunikan
bahasa Arab
Berikut
beberapa yang kami kumpulkan di antaranya:
>>dua
kata yang berbeda satu huruf saja artinya bisa berkebalikan
Misalnya,
-[نعمة] dan [نقمة] “ni’mah” dan “niqmah” artinya: nikmat dan sengsara
-[عاجلة] dan [آجلة] “’aajilah” dan “aajilah” artinya: yang segera dan
yang diakhirkan/tertunda
-[قادم] dan [قديم] “Qoodim” dan “Qodiim” artinya: yang akan datang
dan yang lampau
-[مختلف] dan [مؤتلف] “mukhtalifun” dan “mu’talifun” artinya: berbeda dan
bersatu
Dan
masih banyak contoh yang lain.
Dua kata
yang jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya
berbeda/terpisah
Ini
yang dikenal dengan ungkapan,
إذا
افترق احتمع و اذا احتمع افترق
“jika terpisah artinya bersatu/sama dan Jika bersatu artinya
berbeda/terpisah”
Maksudnya
jika dua kata tersebut terpisah atau tidak berada dalam satu kalimat maka
artinya sama dan jika bersatu yaitu dua kata tersebut berada dalam satu kalimat
maka artinya berbeda, contohnya,
[فقير] dan [مسكين] “faqiir” dan “miskiin”
Jika
kita membuat kalimat yang dua kata ini ada/bersatu, misalnya: “Kita harus berbuat baik terhadap orang faqir
dan miskin”
Maka
maknanya berbeda, Yaitu:
Faqir>
orang yang tidak punya harta untuk mencukupi kehidupannya.
Miskin>
orang yang punya harta tetapi tidak cukup untuk kehidupannya.
Jika
kita buat kalimat dimana dua kata ini terpisah, misalnya: “kita harus berbuat baik terhadap orang
faqir”
Maka
makna faqir dalam kalimat ini mencakup kedua maknanya yaitu orang yang tidak
punya harta untuk mencukupi kehidupannya dan orang yang punya harta tetapi
tidak cukup untuk kehidupannya.
Begitu
juga jika kita berkata: “kita harus
berbuat baik terhadap orang miskin”
Maka
makna miskin dalam kalimat ini juga mencakup kedua maknanya tersebut.
Contoh
lain adalah [إيمان] dan [إسلام] “Iman” dan “Islam”.
Jika
bersatu makanya berbeda,
Iman:
amalan yang berkaitan dengan hati/ amalan batin
Islam:
amalan yang berkaitan dengan anggota badan/amalan dzahir
Jika
terpisah, maknanya mencakup satu sama lain.
>>satu
kata bermakna ganda dan maknanya berkebalikan sekaligus
ada
beberapa kata bisa bermakna ganda dan uniknya maknanya bisa berkebalikan.
Dibedakan maknanya dari konteks kalimat. Misalnya,
-kata
[زوج] “zaujun”
arti aslinya adalah suami dan uniknya dia juga berarti pasangan,sehingga bisa
kita artikan istri, dan kita lebih mengenal bahwa bahasa arab istri adalah [زوجة] “zaujatun”.
contoh yang valid dalam Al-Quran:
وَقُلْنَا
يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ
الْجَنَّةَ
“Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini” [Al-Baqarah: 35]
Dalam
ayat digunakan [زَوْجُكَ]
“zaujuka” bukan
[زوجتك] “zaujatuka”
Dan
[زوج] “zaujun”
bentuk jamaknya [أزواج] “Azwaajun”, dan sekali lagi
contohnya dalam Al-Qur’an yaitu doa yang sering kita baca,
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً
“”Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” [Al-Furqon:74]
Dalam
ayat digunakan [أزواج]”azwaaj” bukan [زوجات] “zaujaat”
-kata
[بيع] “bai’un” artinya
penjualan, dia juga bisa berarti kebalikannya yaitu: pembelian. Dalam bahasa
Arab pembelian lebih dikenal dengan [شراء] “syira’”.
Penerapannya
dalam hadist,
إِذَا
اخْتَلَفَ الْبَيِّعَانِ
فَالْقَوْلُ قَوْلُ الْبَائِعِ وَالْمُبْتَاعُ بِالْخِيَارِ
“Apabila penjual dan pembeli berselisih maka perkataan
yang diterima adalah perkataan penjual, sedangkan pembeli memiliki hak pilih “. [HR. At-Tirmidzi III/570
no.1270, dan Ahmad I/466 no.4447. Dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam
Irwa’ Al-Ghalil no: 1322]
Begitu
juga dalam ayat Al-Quran
وَأَحَلَّ
اللَّهُ الْبَيْعَ
وَحَرَّمَ الرِّبَا
“… padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba…” [Al Baqarah: 275]
-begitu juga dengan kata [قمر] “qomar” yang artinya bulan bisa
berarti matahari juga dan masih ada contoh yang lain.
selanjutnya
selanjutnya
No comments:
Post a Comment