Ahli sejarah Ibnu Ishaq berkata,
قال
ابن إسحاق : ، اتخذوا إسافا ونائلة على موضع زمزم ينحرون عندهما وكان إساف ونائلة
رجلا وامرأة من جرهم – هو إساف بن بغي ونائلة بنت ديك – فوقع إساف على نائلة في
الكعبة ، فمسخهما الله حجرين
“Kaum kafir Quraisy menjadikan
Isaf dan Nailah [sebagai berhala sesembahan] di dekat sumur Zamzam, mereka
menyembelih qurban di sisi mereka berdua. Isaf dan Nailah
dahulunya adalah seorang laki-laki dan wanita dari suku Jurhum –yaitu Isaf bin
Baghy dan Nailah binti Diik- Isaf
Menzinahi Nailah di dalam Ka’bah, maka Allah mengubah mereka berdua menjadi dua
buah batu.”
‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata
ما
زلنا نسمع أن إسافا ونائلة كانا رجلا وامرأة من جرهم ، أحدثا في الكعبة ، فمسخهما
الله تعالى حجرين والله أعلم
“Kami dahulunya selalu mendengar kisah mengenai Isaf dan Nailah,
mereka berdua adalah laki-laki dan wanita dari suku Jurhum, mereka
berdua berzina di dalam Ka’bah, maka Allah mengubah mereka berdua menjadi dua
buah batu. Wallahu A’lam.” Ulama ahli Tafsir Ath-Thabari membawakan atsar dari Asy-Sya’bi,
أن
وَثَنًا كان في الجاهلية على الصفا يسمى”إسافًا”، ووثنًا على المرْوة
يسمى”نائلة”، فكان أهل الجاهلية إذا طافوا بالبيت مَسحوا الوثَنين. فلما جاء
الإسلام وكُسرت الأوثان
“Ada sebuah
berhala di zaman jahiliyah di Shafa yang bernama “isaf” dan satu lagi berhala
di Marwah yang dinamakan Nailah. Masyarakat jahiliyah jika
thawaf di Ka’bah, mereka mengusap [mengharap berkah] kedua berhala tersebut. Tatkala datang Islam,
kedua berhala tersebut dihancurkan.” Manusia yang mulia jadi hina dengan kesyirikan
Lihat bagaimana dua sejoli yang seharusnya diberi hukuman atau bahkan dicemooh oleh orang malah disembah dan diagungkan oleh pelaku kesyirikan.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah berkata,
الشرك
مهانة للانسانية : إنه إهانة لكرامة الانسان، و انحطاط لقدره و منزلته ، فقد
استخلفه الله في الأرض و كرّمه و علمه الأسماء كلها، و سخر له ما في السموات و ما
في الأرض جميعا منه ، و جعل له السيادة على كل ما في هذا الكو ، و لكنه جهِل نفسه
و جعل بعض عناصر هذا الكون إلها معبودا يخضع له و يذل ، و أي إهانة للانسان أكثر
من أن يرى -إلى يومنا هذا- مئات الملايين من البشر في الهند يعبدون البقر التي
خلقها الله للانسان و لتخدمه و هي صحيحة و يأكلها و هي ذبيحة ، ثم ترى بعض
المسلمين يعكفون على قبور الموتى و يسألونهم حاجاتهم و هم عبيد
“Syirik
adalah kehinaan bagi manusia, syirik adalah kehinaan bagi kemuliaan manusia,
perendahan derajat dan kedudukan mereka. Allah telah menjadikan
mereka khalifah di muka bumi, memuliakan mereka, mengajarkan mereka nama-nama
semua, menundukkan bagi mereka apa yang ada di langit dan di bumi seluruhnya
dan menjadikan kebahagiaan bagi mereka apa yang ada di alam semesta. Akan tetapi
mereka membodohi diri mereka sendiri. Mereka menjadikan berbagai unsur di
semesta ini sebagai tuhan yang disembah, menundukkan diri dan merendahkan diri
padanya.Kehinaan kesyirikan sangat parah jika dilihat pada zaman sekarang ini, 200 Juta orang di India menyembah sapi yang Allah ciptakan untuk manusia guna berkhidmad kepada manusia, dimakan dagingnya ketika disembelih. Kemudian kalian bisa melihat sebagian kaum muslim yang beribadah [menyembah] disekitar kuburan orang mati, meminta kepada kuburan hajat mereka padahal mereka juga hamba seperti mereka.”
Contoh lainnya hinanya pelaku kesyirikan
-Sapi Albino keraton Solo “Kiayi Slamet” yang dianggap suci dan “ngalap berkah”, kotoran tahinya diperebutkan sebagai membawa keberuntungan, bahkan ada yang menggunakan kotoran untuk dipakai cuci muka
-seseorang harus permisi dan takut ketika lewat pohon yang angker kemudian memberikan sesaji supaya yang lewat tidak diganggu. Padahal manusia tidak perlu takut dengan hal seperti ini
-memberi sesembahan sesajen kepada Ratu pantai selatan setiap tahun atau kepada makhluk halus penjaga gunung merapi. Padahal ini tidak perlu, menghinakan manusia dan membuang-buang waktu, tenaga dan harta.
Demikianlah para pelaku kseyirikan hina bahkan lebih hina dan sesat dari binatang ternak, karena binatang ternak saja terkadang saling serang dengan binatang ternak yang lain. Akan tetapi pelaku kesyirikan malah mengagungkannya. Allah Ta’ala berfirman,
أَمْ
تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا
كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلاً
“Atau
apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka
itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (QS. Al-Furqon:44).Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ
أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka
adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [Al-Hajj: 31]Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menafsirkan,
كذلك
المشرك، فالإيمان بمنزلة السماء، محفوظة مرفوعة. ومن ترك الإيمان، بمنزلة الساقط
من السماء، عرضة للآفات والبليات، فإما أن تخطفه الطير فتقطعه أعضاء، كذلك المشرك
إذا ترك الاعتصام بالإيمان تخطفته الشياطين من كل جانب، ومزقوه، وأذهبوا عليه دينه
ودنياه
“Demikianlah
kesyirikan, keimanan sebagaimana langit, ia terjaga dan tinggi, barangsiapa
yang meninggalkan keimanan, maka sebagaimana benda yang jatuh dari langit,
maka akan mudah mengalami gangguan dan godaan, bisa jadi disambar oleh
burung lalu memotong angota tubuh. Demikian juga pelaku kesyirikan, jika
meninggalkan berpegang teguh dengan keimanan, maka akan digoda
oleh syaitan dari segala sisi, lalu merobek-robeknya dan menghancurkan agama
dan dunianya.” wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam
No comments:
Post a Comment