Bag
(3)
>>Bahasa tertua
yang tetap eksis dan tidak berubah
Berbeda
dengan bahasa yang lain yang sudah punah atau hampir punah sebagaimana bahasa
Ibrani yaitu bahasa Taurat dan Injil, Bahasa Sansekerta dan berbagai
bahasa lokal dan daerah di dunia. Inilah faktanya,
“Lembaga
Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang Kebudayaan (UNESCO) menyatakan setiap satu
bahasa punah setiap minggu. Pada akhir abad ini, diperkirakan dunia akan
kehilangan separuh dari 6,700. Salah satu bangsa yang akan mengalamai hal itu
adalah Kamboja. Di sana 19 bahasa lokalnya telah dinyatakan hampir punah, dan
kemungkinan besar banyak di antaranya yang tidak akan bertahan dalam 90 tahun
mendatang.”
Kita
bisa melihat bukti bagaimana bahasa kromo Inggil/ bahasa halus jawa sudah
sangat jarang kita temui pemakaiannya. Begitu juga bahasa halus Sasak Lombok.
Sehingga jika seorang kakek buyut yang masih hidup berbicara dengan bahasa
halus kepada cucunya, mungkin cucunya agak sedikit tidak paham. Begitu juga
bukti bahwa terkadang satu bahasa sekedar berbeda dialek saja sudah agak kurang
“nyambung” jika berbicara satu-sama lain.
Kita
ambil juga contoh bahasa Inggris, dia sempat mengalami kesenjangan sejarah
yaitu mengalami perubahan yang cukup jauh dalam setiap beberapa ratus tahun.
Maka bahasa Inggris sekarang, di zaman ratu Elisabeth II jika dibandingkan
dengan bahasa Inggris di zaman kakek-buyutnya, di zaman pertengahan yaitu King
Arthur maka, sangat jauh berbeda. Jika mereka bertemu dan berbicara maka akan
susah “nyambung”. Jangankan yang beratus-ratus tahun, bahasa kita yaitu
bahasa Indonesia belum lagi 100 tahun sejak kemerdekaan tahun 1945 sudah banyak
berubah dan belum lagi muncul bahasa gaul zaman sekarang seperti
“nongkrong”, “juragan”, “sundul”, “nyokap”, “bokek” dan lain-lain. Belum
lagi penyimpangan makna misalnya “cabut” bermakna “ayo pergi” dan lain-lain.
Maka
belum ada yang seperti bahasa Arab, dimana dia termasuk salah satu bahasa
tertua dan tidak berubah, masih asli sejak zaman dulu dan masih sama gaya bahasa, dialek
utama, pengungkapannya. Walaupun ada bermacam-macam dialek tetapi dialek asli
yaitu apa yang dibilang sekarang dialek Arab klasik tetap ada dan tidak berubah
sampai saat ini.
Maka
inilah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al-Quran yaitu dengan manjaga
bahasanya. Allah Ta’ala berfirman.
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkan Adz Dzikra [Al-Quran] dan kamilah yang akan menjaganya”. [QS Al Hijir : 9].
>>Kaya
perbendaharaan kosa-katanya
Contohnya untuk
kosa-kata “kuda” maka dalam bahasa Arab seperti berikut:
-Khail (خيل ) sekumpulan kuda
-Faras (فرس ) seekor kuda (jantan atau betina)
-Hison (حصان ) kuda jantan
-Hajr ( حجر) kuda betina
-Mahr ( مهر) anak kuda jantan
-Mahrah ( مهرة) anak kuda betina
-Filw ( فلو) anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
-Haikal (هيكل) kuda yang besar dan bertubuh tegap
-Mathham (مطهم) kuda yang sempurna dan baik
-Khail (خيل ) sekumpulan kuda
-Faras (فرس ) seekor kuda (jantan atau betina)
-Hison (حصان ) kuda jantan
-Hajr ( حجر) kuda betina
-Mahr ( مهر) anak kuda jantan
-Mahrah ( مهرة) anak kuda betina
-Filw ( فلو) anak kuda jantan yang baru lepas daripada menyusu ibu
-Haikal (هيكل) kuda yang besar dan bertubuh tegap
-Mathham (مطهم) kuda yang sempurna dan baik
Penerapannya
bisa kita lihat dalam Al-Quran yaitu tentang istilah untuk hewan unta yaitu:
-al-Ibilu [الإبل] lihat surat al-Ghasiyah
-an-Naaqah
[الناقة] lihat surat
al-Syams
-al-Budnu
[البدن] lihat surat
al-Hajj
Dan
istilah untuk unta juga banyak seperi istilah untuk kuda, bisa kita lihat dalam
kitab-kitab ulama khususnya kitab zakat.
>>Memiliki
ungkapan yang teliti dan lengkap
Contohnya dalam
ungkapan waktu,
-Dazur [درور] Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
-Buzugh [بزوغ ] Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
-Dhuha[ضُحى ] Waktu mula terasa bahang panas matahari
-Ghazalah [غزالة ] Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
-Hajirah [حاجرة ] Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
-Dzuhr [ظهر ] Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
-Zawal [زوال ] Waktu matahari berada tegak di atas kepala
-‘Ashr [عصر ] Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
-‘Ashil [عصيل ] Waktu matahari mulai condong ke arah barat
-Shabub [صبوب ] Waktu matahari semakin menghilang
-Ghurub [غروب] Waktu matahari mula terbenam
-Khadur [خدور ] Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.
-Dazur [درور] Waktu mula-mula timbul matahari di waktu pagi
-Buzugh [بزوغ ] Waktu mula timbul matahari selepas waktu dazur
-Dhuha[ضُحى ] Waktu mula terasa bahang panas matahari
-Ghazalah [غزالة ] Waktu matahari mula naik selepas waktu dhuha
-Hajirah [حاجرة ] Waktu tengah hari yang mula terasa kepanasan
-Dzuhr [ظهر ] Waktu tengah hari matahari mulai naik menegak
-Zawal [زوال ] Waktu matahari berada tegak di atas kepala
-‘Ashr [عصر ] Waktu siang mula berakhir matahari kemerah-merahan
-‘Ashil [عصيل ] Waktu matahari mulai condong ke arah barat
-Shabub [صبوب ] Waktu matahari semakin menghilang
-Ghurub [غروب] Waktu matahari mula terbenam
-Khadur [خدور ] Waktu matahari hilang dari pandangan atau gelap.
Begitu
juga dengan ungkapan suara hewan, maka ada pengungkapannya satu-persatu dan
hanya bahasa Arab yang paling lengkap,
-Shahil صهيل Suara kebiasaan kuda mendempik
-Hamhamah حمحمة Suara kuda mendengus
-Syahij شحيج Suara baghal
-Rugha’ رغاء Suara kebiasaan unta
-Hanin حنين Suara unta memanggil anaknya
-Anin أنين Suara unta menahan bebanan yang dibawa
-Hadir هدير Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
-Shorif صريف Suara geseran gigi unta
-huar حوار Suara lembu
-Ma’ma’ah مأمأة Suara kambing mengembek
-Yu’ar يعار Suara kibas mengembek
-Tugha’ ثغاء Suara biri-biri mengembek
-Za’ir زئير Suara singa mengaum
-Zamjarah زمجرة Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
-Tazamjar تزمجر Suara harimau mengaum
-Kharkhawah خرخوة Suara harimau mendengkur ketika tidur
-‘Uwa’ عواء Suara serigala menyalak memanjang
-Nahim نحيم Suara harimau kumbang
-Quba’ قباء Suara khinzir (babi)
-Nubah نباح Suara anjing menyalak
-Muwa’ مواء Suara kucing mengiau
-Kharkharah خرخرة Suara kucing mendengkur ketika tidur
-Ghas غسٌ Suara kucing mengerang karena sakit
-Nahiq نهيق Suara keldai
-Bu’am بعام Suara kijang
-Nazab نزاب Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
-‘Irar عرار Suara burung unta jantan
-Zimar زمار Suara burung unta betina
-Fahir فحير Suara dhab sahaja
-Kasyisy كشيش Suara biawak
-Karkarah كركرة Suara ayam (jantan atau betina)
-Shada صدى Suara burung hantu
-Dandanah دندنة Suara lebah.
-Hamhamah حمحمة Suara kuda mendengus
-Syahij شحيج Suara baghal
-Rugha’ رغاء Suara kebiasaan unta
-Hanin حنين Suara unta memanggil anaknya
-Anin أنين Suara unta menahan bebanan yang dibawa
-Hadir هدير Suara unta bernafas (bunyi nafas keluar masuk)
-Shorif صريف Suara geseran gigi unta
-huar حوار Suara lembu
-Ma’ma’ah مأمأة Suara kambing mengembek
-Yu’ar يعار Suara kibas mengembek
-Tugha’ ثغاء Suara biri-biri mengembek
-Za’ir زئير Suara singa mengaum
-Zamjarah زمجرة Suara singa mendengus secara berulang-ulang kali
-Tazamjar تزمجر Suara harimau mengaum
-Kharkhawah خرخوة Suara harimau mendengkur ketika tidur
-‘Uwa’ عواء Suara serigala menyalak memanjang
-Nahim نحيم Suara harimau kumbang
-Quba’ قباء Suara khinzir (babi)
-Nubah نباح Suara anjing menyalak
-Muwa’ مواء Suara kucing mengiau
-Kharkharah خرخرة Suara kucing mendengkur ketika tidur
-Ghas غسٌ Suara kucing mengerang karena sakit
-Nahiq نهيق Suara keldai
-Bu’am بعام Suara kijang
-Nazab نزاب Suara khusus bagi kijang jantan sahaja
-‘Irar عرار Suara burung unta jantan
-Zimar زمار Suara burung unta betina
-Fahir فحير Suara dhab sahaja
-Kasyisy كشيش Suara biawak
-Karkarah كركرة Suara ayam (jantan atau betina)
-Shada صدى Suara burung hantu
-Dandanah دندنة Suara lebah.
Begitu
lengkap dan telitinya, sehingga dalam merinci atau menjelaskan sesuatu bahasa
Arab bisa menjelaskanya serinci-rincinya. Contohnya tingkatan cinta yang sangat
rinci oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam kitab madarijus
salikin,
[فصل في مراتب المحبة]
أولها: العلاقة، وسميت علاقة لتعلق
القلب بالمحبوب
الثانية: الإرادة، وهي ميل القلب إلى
محبوبه وطلبه له.
الثالثة: الصبابة، وهي انصباب القلب
إليه. بحيث لا يملكه صاحبه. كانصباب الماء في الحدور.
الرابعة: الغرام وهو الحب اللازم
للقلب، الذي لا يفارقه. بل يلازمه كملازمة الغريم لغريمه. ومنه سمي عذاب النار
غراما للزومه لأهله. وعدم مفارقته لهم
الخامسة: الوداد وهو صفو المحبة، مراتبها
عشرة وخالصها ولبها، والودود من أسماء الرب تعالى.
السادسة: الشغف يقال: شغف بكذا. فهو
مشغوف به. وقد شغفه المحبوب. أي وصل حبه إلى شغاف قلبه
السابعة: العشق وهو الحب المفرط الذي
يخاف على صاحبه منه
الثامنة: التتيم وهو التعبد، والتذلل.
يقال: تيمه الحب أي ذلله وعبده. وتيم الله: عبد الله. وبينه وبين اليتم
التاسعة: التعبد وهو فوق التتيم. فإن
العبد هو الذي قد ملك المحبوب رقه فلم يبق له شيء من نفسه ألبتة. بل كله عبد
لمحبوبه ظاهرا وباطنا. وهذا هو حقيقة العبودية. ومن كمل ذلك فقد كمل مرتبتها.
العاشرة: مرتبة الخلة التي انفرد بها
الخليلان – إبراهيم ومحمد صلى الله عليهما وسلم
Tingkatan
cinta:
- Al-‘alaqah ( hubungan / ikatan ). Dinamakan hubungan/ikatan karena keterikatan hati kepada yang dicinta.
- Al-iradah ( kehendak / keinginan ). Ini adalah kecondongan hati kepada yang di cinta dan berusaha untuk mencari/menjumpai yang dicinta.
- Ash-shobabah ( kerinduan ). Adalah kerinduan hati kepada yang dicinta, dimana kerinduan ini timbul secara alami & diri tidak dapat mengaturnya, sebagaimana air yang senantiasa memenuhi batas (pinggiran media).
- Al-gharaam ( kerinduan yang menyala-nyala ). Adalah cinta yang selalu ada didalam hati, tidak pernah keluar dari dalamnya, & selalu menyertai hati. Maka abzab neraka dikatakan gharaaman karena senantiasa setia dengan penghuninya, tidak pernah melepasnya.
- Al-wadaad ( kasih sayang ). Adalah kelembutan cinta, inti cinta dan kemurniaanya, dan Al-waduud termasuk dari nama-nama Allah yang maha tinggi.
- As-syaghof ( cinta yang meluap-luap ). sangat mencintainya dan dibuat sangat senang [bercampur penderitaan]. Sangat mencintai yang di cinta yaitu cintanya telah masuk ke dalam relung hati & sanubari.
- Al-‘isyq ( cinta yang sangat ). Adalah cinta yang yang teramat sangat/ terlalu berlebihan, dikhawatirkan [terjadi sesuatu yang kurang baik] terhadap pelakunya.
- At-tatayyum ( penghambaan )yaitu merendahkan diri. Dikatakan cinta telah menghambakannya, dan taimullah berarti juga ‘abdullah ( hamba Allah).
- At-ta’abbud ( peribadahan ). Tingkat ini di atas at-tatayyum/penghambaan. Karena sesungguhnya diri hamba adalah totalitas milik sang kekasih ( Tuhan ), tak tersisa sedikitpun dari dirinya, baik lahir maupun batin, semua milik sang kekasih. Dan ini adalah hakikat peribadahan, barang siapa telah menyempurnakan sifat ini, maka telah sempurna cintanya
- 10. Al-Khullah (Kekasih): Cinta ini hanya dimiliki oleh dua khalil (kekasih), yaitu Ibrahim ‘alaihis salam dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
[lihat
lengkapnya di Madarijus Saalikiin baina manaazili iyyaka na’budu wa iyya
kanasta’in 3/29-32, , Darul Kutub Al-‘Arobiy, Beirut, cet. Ke-3, 1416 H,
Asy-Syamilah]
>>ada
pola dan cetakan kata [wazan] untuk
mencetak kata
Ini
mempermudah kita agar mengetahui kata dan lebih mudah menghapalnya. Ini yang
dikenal dengan istilah [وزن] “wazan” yang terangkum dalam ilmu
shorof bahasa Arab. Kita tinggal menghapal pola dan cetakan “wazan” atau yang disebut “tahsrif”, maka kita bisa memproduksi
atau melahirkan berbagai macam kata.
“Wazan” tersebut diwakili oleh
kata [فعل] dengan huruf [ف] sebagai wakil huruf pertama
dan [ع] wakil
huruf kedua dan [ل] wakil huruf ketiga huruf ketiga. Contoh sederhananya adalah,
Ada
pola tashrif,
[فعل
– فاعل – مفعول] “fa’ala – faa’ilun – maf’ulun”, penjelasannya,
-[
فعل] “fa’ala”
= kata kerja
-[
فاعل] “faa’ilun” =
cetakan kata yang berarti pelaku atau yang melakukan pekerjaan/perbuatan
-[
مفعول] “maf’uulun” =
cetakan kata yang berarti objek atau yang dikenai pekerjaan/perbuatan
Maka,
dengan kita tahu ada kata kerja [خلق] “khalaqa”= menciptakan, maka kita tahu dengan “Wazan”/cetakan kata ,
-[
فاعل]à [خالق] “khaaliqun” =pelakunya, yaitu
yang menciptakan, serapan bahasa Indonesia= “khaliq” yaitu Tuhan
-[
مفعول]à [مخلوق] “makhluqun” =objeknya, yaitu
yang diciptakan, serapan bahasa Indonesia= “makhuk”
Contoh lagi, kata kerja [علم] “’alima”=mengetahui,
kita akan tahu
-[ فاعل]à [عالم] “Aalimun”= pelakunya, yaitu yang mengetahui,
serapan bahasa Indonesia= “alim” yaitu pintar, pintar agama
-[ مفعول]à [معلوم] “ma’luumun”=
yang diketahui, serapan bahasa Indonesi= “maklum”
Contoh lagi, kata kerja [كتب] “kataba”
=menulis, kita akan tahu,
-[ فاعل]à [كاتب] “kaatibun”=pelakunya, yaitu yang menulis atau
sekretaris
-[ مفعول]à [مكتوب] “maktuubun”=
yang ditulis/tertulis, serapan bahasa Indonesia= “maktub” yaitu tertulis
Bagaimana,
mudah dan sederhana bukan?
>>
mempunyai kaidah struktur bahasa yang lebih sempurna
Bahasa Arab mengenal istilah maskulin [muzakkar] dan feminin [muannats]. Dan yang lebih membuatnya sempurna dalam bilangan dikenal juga penggunaan double/dua-an [mutsanna] yang sangat jarang ditemui dalam bahasa yang lain. Sehingga dalam bilangan dikenal istilah tunggal [mufrad], dua-an [mutsanna] dan jamak [jam’]. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
التلميذ يذهب إلى المدرسة – Pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذة تذهب إلى المدرسةِ – Pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
التلميذان يذهبان إلى المدرسةِ – Dua orang pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذتان تذهبان إلى المدرسةِ – Dua orang pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
التلاميذ يذهبون إلى المدرسةِ – Pelajar-pelajar (lelaki) itu pergi ke sekolah
التلميذات يذهبن إلى المدرسةِ – Pelajar-pelajar (perempuan) itu pergi ke sekolah
Begitu juga dengan kata kerjanya, lebih lengkap. Kata kerja lampau [madhi], kata kerja sekarang dan akan datang [mudhari’], dan yang membuatnya lebih lengkap ada kata kerja perintah [‘amr]. Perhatikan contoh berikut,
ذهب الولدُ إلى المدرسةِ – anak laki-laki itu (telah) pergi ke sekolah
يذهب الولد إلى المدرسة – anak laki-laki (sedang) pergi ke sekolah
إذهب إلى الدرسة – Pergilah [kamu anak laki-laki] ke sekolah.
>>
mengandung informasi yang padat dan ringkas
Hanya
dengan beberapa huruf yang menyusun kata, Bahasa Arab bisa mengungkapkan banyak
ungkapan. Kita ambil contoh kata [عين] “’ain” yang
umumnya dikenal artinya: mata, maka jika kita membuka kamus artinya sangat
banyak yaitu:
manusia,
jiwa, hati, mata uang logam, pemimpin, kepala, orang terkemuka, macan,
matahari, penduduk suatu negeri, penghuni rumah, sesuatu yang bagus atau indah,
keluhuran, kemuliaan, ilmu, spion, kelompok, hadir, tersedia, inti masalah,
komandan pasukan, harta, riba, sudut, arah, segi, telaga, pandangan, dan
lainnya.
Kemudian
dalam bahasa Arab juga dikenal istilah pembuangan kata atau kata yang
disembunyikan yang dikenal dengan istilah “mahdzuf”.
Contohnya,
Pada
kalimat syahadat [لا إله إلا الله] maka
bukan artinya,
-[لا
]=tiada
-[إله]=tuhan
-[إلا]=selain
-[الله]=Allah
Karena
arti ini salah besar, karena ada Ada khabar
yang [محذوف]
dibuang/tidak ditampakkan. Khabar yang dibuang tersebut adalah [حق atau بحق] “haqqun atau bihaqqin”.
Maka
makna syahadat yang benar adalah,
لا
معبود حق إلا
الله
“tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah”
Kata
[حق atau بحق] “haqqun atau bihaqqin” berdalil
dengan firman Allah Ta’ala,
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ
وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ
“Yang demikian itu dikarenakan Allah adalah (sesembahan) yang Haq
(benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah
(sesembahan) yang Bathil.” [QS. Luqman: 30].
Begitu
juga tafsir para ulama, Ibnu Katsir menafsirkan surat Al-Qashash:70, At-Thabari
menafsirkan surat Al-An’am:106, As-Suyuti menafsirkan surat Al-Baqarah: 255.
Dan banyak ulama yang lainnya
Contoh
yang lain firman Allah dalam surat Yusuf Ayat 82,
وَاسْأَلِ
الْقَرْيَةَ الَّتِي كُنَّا فِيهَا
Arti
perkata adalah: “Tanyalah kepada
kampung yang kami tinggal padanya”
Namun
ada kata yang “mahzuf”/dibuang
yaitu [أهل] “ahli” /penduduk yaitu “mudhaf” dari [الْقَرْيَةَ]
Abul
Baqa’ Al-‘akbariy rahimahullah
menjelaskan tentang ini,
قوله
تعالى: (واسأل القرية) : أي أهل القرية ; وجاز حذف المضاف ; لأن المعنى لا يلتبس.
“Firman Allah, “tanyalah kepada kampung” yaitu, penduduk
kampung, boleh membuang [mahzuf] mudhaf, karena maknanya tidak menjadi rancu.” [At-Tibyan fi I’rabil Qur’an
2/742, Asy-Syamilah]
Jadi
arti yang tepat adalah: ““Tanyalah
kepada penduduk kampung yang kami tinggal padanya”
Oleh
karena itu, belum
pernah ada satupun terjemahan Al-Qur’an yang lebih singkat dari bahasa arab
aslinya.
No comments:
Post a Comment